Geo politic palestina
Peran Amerika dan Eropa mulai berkurang. Israel hidup di Timur Tengah hanya karena adanya dukungan Amerika Serikat. Selain perpecahan Arab dan berselingkuhnya Arab Saudi di bawah ketiak Amerika Serikat - sebagaimana negara-negara Teluk selain Iran, Lebanon, Suriah dan Yordania. Tampilnya Iran, Irak, dan Mesir - di bawah Islamist Persaudaraan Muslim alias Ikhwanul Muslimin - serta Turki menjadi kekuatan di Timur Dekat dan Timur Tengah telah mengubah kekuatan itu.
Israel masih ada dan berdiri sebagai negara karena ditopang oleh perselingkuhan Arab Saudi dan negara-negara Arab sendiri. Ribuan pasukan Amerika ditempatkan di Arab Saudi, Kuwait dan sejumlah negara Arab lainnya adalah bukti perselingkuhan itu. Adalah hal yang sangat tragis Mekah dan Madinah dilindungi oleh Amerika Serikat - negara yang selalu dituding sebagai Israel: AS identik dengan Israel. Timur Tengah adalah 50% Sunni dan 50% Syi’ah kenyataannya.
Kota suci Mekah, tempat Kabah berada, dan Madinah, kota contoh Negara Kota zaman Rasullullah harus berada dalam pangkuan Islam secara universal. Dua Kota itu seharusnya dikuasai oleh otoritas Islam secara universal - bukan hanya dikuasai oleh Islam Sunni. Ide ini muncul di Timur Tengah sejak awal tahun 1980-an sejak Revolusi Iran 1979. Jelas keadaan ini tidak dikehandaki oleh Arab Saudi. Sejak itu hubungan antara Arab Saudi - Iran memburuk. Amerika Serikat mengambil alih Arab Saudi yang terancam Iran - setelah AS didepak Iran dengan kejatuhan Shah Iran Reza Pahlevi.
Pada saat bersamaan, jatuhnya Arab Saudi ke tangan Amerika Serikat, secara langsung menguatkan Israel. Sebagai sekutu Amerika Serikat, Arab Saudi dan Mesir, sebagai kekuatan utama Timur Tengah selain Turki dan Iran, menjalin hubungan main mata dengan Israel dengan kendali Amerika Serikat. Sejak pecah Perang Enam Hari tahun 1967, Israel terus membangun pemukiman baru di Yerusalem Timur yang sejak ratusan tahun dihuni oleh warga Arab. Pembangunan pemukiman oleh Israel selalu ‘dikecam’ oleh komunitas Internasional, namun tak ada tindakan apapun dari manapun. Israel sejak tahun 1948 telah menguasai 86% wilayah yang dulu diduduki Inggris setelah Perang Dunia I - sejak Turki Ottoman kehilangan kekuatannya!
Sebenarnya, jika Palestina dan Arab sejak tahun 1948 mau berdamai dengan Israel, maka 48% Wilayah Eks dikuasai Inggris akan menjadi kekuasaan Palestina. Yang terjadi adalah egoisme Pan Arabisme waktu itu yang terlalu pede bernafsu menghapus Israel. Mesir sangat realistis menandatangani Perjanjian Camp David tahun 1979 dengan imbalan Sinai dikembalikan ke Mesir. Negara-negara Arab lain yang memusuhi Isreal kehilangan tanahnya: Syria kehilangan Dataran Tinggi Golan, Lebanon Selatan dijadikan Zona Penyangga oleh Israel.
Salah satu scenario yang paling ditakuti Israel sebenarnya ide dan konsep semua penduduk yang ada di wilayah Jajahan Inggris menjadi Warga Negara Israel. Dengan semua penduduk menjadi WN Israel, maka secara demografis dan demokratis warga Arab akan menguasai Israel, karena Israel pada dasarnya adalah negara sekuler dan demokratis. Israel tidak menyukai dan takut akan ide ini sehingga Israel mengusir warga Palestina dengan cara memotong wilayah air di tempat-tempat tertentu. Bahkan Israel memaksa warga Arab untuk pergi dan mengungsi keluar tanah eks Jajahan Inggris. Israel takut juga dengan para pengungsi Palestina di negara-negara Arab. Salah satu buktinya pembantaian ribuan pengungsi di kamp Sabra dan Shatilla, Lebanon tahun 1982. Israel menghapus riwayat dan demografi tanah-tanah yang telah dikusai oleh Israel.
Kini dengan diakuinya -secuil tanah 14% eks jajahan Inggris - berarti penghapusan Israel sedikit mengalami kemunduran. Israel akan berdiri sebagai negara. Israel adalah negara yang dikuasai oleh para pemimpin yang ‘kejam, cerdas, pintar, keras kepala’ yang mampu mengendalikan Eropa dan Amerika Serikat. Taktik negosiasi dengan PLO dan Arab Palestina hanya memberikan kesempatan bagi Israel untuk membangun pemukiman di Yerusalem dan Tepi Barat. Palestina dirugikan dengan taktik ‘negosiasi bohong Israel’, ibarat melepaskan ekor memegangi kepala!
Kini setelah perubahan di Mesir, Turki yang sangat strategis sebagai anggota NATO, Iran yang semakin kuat, Arab Saudi sebagai negara kaya menjadi kunci. Namun, kemerdekaan Palestina akan merugikan Arab Saudi dan Amerika Serikat. Kemerdekaan Palestina akan meningkatkan aliansi Mesir. Hezbullah, Iran dan Palestina dan peran Turki yang strategis. Iran adalah pendukung utama Palestina dan Hezbullah di Lebanon yang sangat ditakuti Israel.
Berdirinya Palestina Merdeka nanti akan membahayakan Israel dan Arab Saudi. Israel akan semakin terpojok di Timur Tengah. Sementara Aran Saudi akan kehilangan dukungan dari dalam negeri sebagai negara teokrasi dan kerajaan yang konservatif di dunia. Perubahan dan pergolakan serta pengaruh Iran, Mesir dan banyak negara lain yang akan menjadikan Mekah dan Madinah sebagai Kota Internsional di bawah payung Organisasi Konverensi Islam (OKI) jika keadaan Arab Saudi memburuk pun akan terlaksana. Oleh karenanya hanya Mesir, Turki, Iran, Syria, Yordania dan negara-negara Afrika Maghribi dan Lebanon yang mendukung Palestina dengan bukti kunjungan pejabat ke Gaza. Arab Saudi tak pernah bersedia secara langsung memertontonkan dukungan mereka terhadap Palestina.
Dengan demikian maka demi merebut Yerusalem lagi, sesuai dengan keyakinan Yahudi, Israel akan sangat menentang berdirinya negara Palestina Merdeka secara penuh. Setali dengan Israel, kemerdekaan Palestina akan membuat geopolitik berubah dan Arab Saudi akan mengalami malapetaka baik dari dalam maupun dari luar. Nah, jalan panjang untuk berdirinya negara Palestina. Pernyataan kecaman pembangunan 3,000 pemukiman di Yerusalem yang otomatis memotong dan mengisolasi Yerusalem dengan Tepi Barat oleh Amerika Serikat dan Eropa jangan ditanggapi sebagai dukungan mereka terhadap Palestina. Pemukiman Yahudi selama ini telah merampas sebanyak 62% wilayah yang seharusnya menjadi Wilayah Negara Palestina merdeka di kemudian hari.
0 Response to "Geo politic palestina "
Post a Comment