Kawasan Karst dan Potensinya
A. Kawasan Karst
Karst berasal dari bahasa Yugoslavia, kemudian diadaptasikan dalam bahasa Jerman, yang berarti tempat tanpa air dan dingin, juga berkonotasi permukaan batuan gundul. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,“Karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah (permukaan tanah selalu gundul karena kurang vegetasi)”. Dolomit menurut Koesoemadinata dalam bukunya adalah batuan karbonat yang kandungan magnesiumnya melebihi batu gamping biasa.
Menurut Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal dalam HIKESPI (2005) klasifikasi bentang alam kawasan karst dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Berdasarkan cakupan luasan daerah agihan, sehingga dapat tidaknya kawasan karst teridentifikasi dari peta dasar (peta topografi, foto udara, citra inderaja), maka dikenal klasifikasi kawasan karst minor atau mikro, dan mayor atau makro. Kawasan karst mikro berarti karstifikasi baru berkembang pada permukaan batuan, sehingga belum dapat diidentifikasi dari peta dasar. Sedangkan kawasan karst makro sudah dapat diidentifikasi dari peta dasar, dikarenakan karstifikasi sudah sangat intensif sehingga berkembanglah fenomena topografi karst sebagai penciri kawasan karst.
Berdasarkan letak perkembangan karstifikasi terhadap datum permukaan topogrfai, dikenal kawasan eksokarst dan endokarst. Kawasan eksokarst terbentuk di atas permukaan topografi, dicontohkan antara lain bentukan kerucut karst, sedangkan endokarst hanya dapat diidentifikasi apabila pengamat masuk ke bawah permukaan, misalnya gua karst. Selain klasifikasi tersebut berdasarkan tingkat perkembangan secara relatif, dijumpai kawasan mesokarst dan holokarst. Kawasan mesokarst ditandai dengan masih dijumpainya aliran sungai permukaan sehingga proses fluvial masih tampak signifikan, pembentukan kerucut karst belum berkembang, dan agihannya merupakan zone peralihan antara kawasan non karst dan holokarst. Kawasan holokarst adalah kebalikan dari merokarst, dicirikan oleh hampir tidak adanya aliran sungai permukaan dan yang kemudian berubah menjadi aliran sungai bawah permukaan (sub-drainage) sehingga proses eksogenik yang berlangsung efektif tinggal pelarutan, permukaan topografi nyaris dihiasi oleh kerucut karst (karst connicals) berbagai jenis dan diantaranya terbentuk ledokan karst (karst depressions) dengan berbagai jenis maupun ukurannya.
Bentang alam karst memiliki lingkungan hayati yang spesifik. Penyebaran bentang alam karst di dunia cukup luas, antara lain di Amerika, Eropa dan Asia. Bentang alam karst akan memperlihatkan bentuk-bentuk khusus, tergantung di daerah mana topografi karst tersebut terbentuk. Bentukan topografi karst di daerah tropis tentu saja berbeda dengan bentukan karst di daerah sub tropis, lingkungan arid dan sebagainya.
B. Gua
Menurut IUS (International Union of Speleology) gua merupakan setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang. Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu didalamnya, yaitu pada saat udara di luar panas maka didalam gua akan sejuk, begitu juga sebaliknya apabila udara di luar dingin maka di dalam gua akan terasa hangat. Sifat inilah yang menjadikan gua sebagai tempat berlindung bagi setiap makhluk hidup. Gua-gua yang banyak ditemukan di Pulau Jawa dan pulau lain di Indonesia, sebagian adalah gua batugamping atau gua karst.
Gua-gua yang berada dikawasan karst terbentuk oleh proses pelarutan air yang bersifat asam terhadap batugamping. Gua-gua ini merupakan bagian yang tersisa setelah bagian batugamping yang terlarut diangkut oleh air. Bagian yang ditinggalkan oleh batugamping yang terlarut tersebut berupa rongga-rongga. Teori pembentukan gua karst tidak selalu sama antara satu tempat dengan tempat yang lain, hal ini bergantung pada kondisi geologi daerah setempat (litologi/batuan, hidrologi, iklim, dll). Pada dasarnya teori pembentukan dan perkembangan gua karst mengarah pada posisi relatif air yang melarutkan batuan dengan posisi muka air tanah pada daerah dimana gua tersebut terbentuk.
C. Potensi Sungai Bawah Tanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), “Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan ; kesanggupan”. Dalam hal ini potensi sungai bawah tanah dapat berarti kemampuan dari sungai bawah tanah yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Sungai bawah tanah merupakan salah satu karakteristik daerah karst. Sungai bawah tanah juga mempunyai sistem aliran seperti yang terjadi pada sungai permukaan. Sampai saat ini sistem sungai yang paling lengkap, meskipun belum 100 % terbukti, adalah sistem sungai bawah tanah yang bermuara di Baron. Selain itu, masih ada sistem-sistem yang lain tetapi masih belum dapat dipastikan, misalnya sistem Ngobaran, atau mungkin juga sistem Sundak. Sungai bawah tanah yang telah cukup besar diusahakan di Gunung Kidul adalah sungai bawah yang mengalir di Gua Seropan yang berada di Kecamatan Semanu. Dari Proyek Penyediaan Air Baku Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bekerja sama dengan Jerman untuk dapat memanfaatkan potensi sungai bawah yang ada di Gua Seropan secara optimal .
D. Pola Pertanian Pada Kawasan Karst
sistem drainase/tata air kawasan karst sangat unik karena didominasi oleh drainase bawah permukaan, dimana air permukaan sebagian besar masuk ke jaringan sungai bawah tanah melalui ponor ataupun inlet. Dengan kondisi tersebut pada musim penghujan, air hujan yang jatuh ke daerah karst tidak dapat tertahan di permukaan tanah tetapi akan langsung masuk ke jaringan sungai bawah tanah melalui ponor tersebut. Sumber air di kawasan karst menurut Suryatmojo (2002) hanya diperoleh melalui telaga dan sumber air dari sungai bawah tanah yang keluar ke permukaan. Daerah penampungan hujan di kawasan karst dapat dijumpai pada telaga-telaga kecil yang mempunyai lapisan kedap air di dasar telaga sehingga mampu menahan air untuk tidak masuk ke jaringan sungai bawah tanah. Telaga ini menjadi sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat baik untuk MCK, memasak dan juga memandikan hewan ternak (sapi). Besarnya kebutuhan oleh masyarakat akan air yang ternyata hanya tersedia di telaga-telaga menyebabkan pada musim kemarau ketersediaan air di telaga makin berkurang. Akibatnya pada musim kemarau sering terjadi kekeringan yang parah dan kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi drainase yang tidak menguntungkan juga berpengaruh besar terhadap kegiatan pertanian masyarakat daerah karst. Mereka hanya dapat memanfaatkan lahan secara optimal untuk kegiatan pertanian hanya pada waktu musim penghujan karena dapat memanfaatkan siraman air hujan untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman pertanian. Pada musim penghujan, masyarakat dapat menanam padi, jagung dan kacang di lahan mereka karena adanya pasokan air hujan, akan tetapi pada waktu musim kemarau ketersediaan air tidak ada sama sekali sehingga masyarakat hanya dapat menanam ketela di lahan pertanian mereka .
Daerah karst merupakan daerah berbukit-bukit dengan mayoritas jenis tanahnya berupa latosol atau tanah lempung yang memiliki kedalaman tanah yang minim (rata-rata < 50 cm). Kondisi tersebut ditambah dengan bentuk topografi yang berbukit menyebabkan kemampuan lahan untuk pertanian sangat sedikit dan lahan sangat rawan terhadap ancaman proses erosi tanah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan konservasi tanah untuk mempertahankan keberadaan tanah di daerah karst. Salah satu cara yang telah dilakukan oleh masyarakat selama ini adalah dengan membuat bangunan terasering di lahan-lahan pertanian. Sistem terasering ini dilakukan dengan mengumpulkan batu-batu kapur yang kemudian disusun rapi sejajar kontur .
Harapan dari sistem ini adalah tanah yang terdapat di permukaan batuan karst pada waktu musim hujan tidak hilang oleh proses erosi, akan tetapi tanah tersebut dapat tertahan oleh bangunan-bangunan terasering dan lama kelamaan lapisan tanah akan terus bertambah sehingga ketebalan tanah meningkat. Untuk mempertahankan tanah di lahan pertanian selain dengan menerapkan sistem terasering, masyarakat juga melakukan penanaman tanaman keras di tepi lahan pertanian untuk menahan tanah melalui sistem perakaran tanamannya. Tanaman keras yang banyak di pilih oleh masyarakat adalah jenis Jati (Tectona grandis) karena memiliki perakaran dangkal yang sesuai dengan ketebalan tanah, juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dari kayu yang dihasilkan.
Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan pertanian di daerah karst sangat berbeda dengan daerah-daerah lainnya, hal ini disebabkan oleh karakteristik batuan karst yang mendominasi daerah ini dan keterbatasan ketersedian sumber air untuk pengairan. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan dan pemanfaatan lahan di daerah karst perlu kehati-hatian dan perencanaan yang matang mengingat karakteristik daerah karst yang unik dan sangat rentan terhadap kerusakan lahan baik erosi tanah maupun kehilangan sumber-sumber air untuk kehidupan.
Izin membagikan informasi nya ya, terima kasih.
ReplyDelete